Jakarta - PT Pertamina Gas (Pertagas), salah satu entitas Subholding Gas Pertamina, telah menandai perjalanan suksesnya selama 18 tahun dalam mengelola infrastruktur gas bumi di Indonesia. Sejak berdirinya pada 23 Februari 2007, Pertagas telah berevolusi menjadi pemain kunci dalam sektor transportasi energi nasional. Dengan pencapaian yang signifikan ini, Pertagas berkomitmen untuk mendukung tercapainya swasembada energi bagi Indonesia serta memantapkan posisinya di pasar energi global, Selasa, 25 Februari 2025.
Menurut Direktur Utama Pertagas, Gamal Imam Santoso, perusahaan sedang mengadopsi visi baru yang mengedepankan transformasi Pertagas menjadi perusahaan infrastruktur energi kelas dunia. "Melalui visi ini, kami berkomitmen untuk tidak hanya mendukung ketahanan energi nasional, tetapi juga siap bersaing di arena global. Kami bertekad mengintegrasikan lebih banyak solusi berbasis teknologi dan menjangkau pasar yang lebih luas," kata Gamal dalam keterangan tertulis yang diterbitkan pada hari Selasa.
Seiring dengan penerapan visi barunya, Pertagas tidak hanya terfokus pada pengembangan infrastruktur gas bumi dan energi fosil. Perusahaan juga mengarahkan perhatiannya pada energi hijau dan teknologi ramah lingkungan. "Kami aktif mengembangkan green energy sebagai bagian dari upaya kami menghadapi era transisi energi," tambah Gamal. Langkah ini sejalan dengan misi perusahaan untuk mengelola infrastruktur energi yang tidak hanya aman dan handal, tetapi juga efisien dan berkelanjutan.
Pada tahun 2024, Pertagas mencatatkan angka penyaluran tertinggi di bidang transportasi gas bumi, dengan total mencapai 560.523 MMSCF. Sementara itu, untuk transportasi minyak bumi, Pertagas berhasil menyalurkan sebanyak 59 juta barel. Efisiensi dan skala besar operasi ini didukung oleh jaringan infrastruktur utama Pertagas yang tersebar di seluruh Indonesia. "Melalui tema Hari Ulang Tahun ke-18 'Accelerating Progress, Delivering Reliability', kami ingin menegaskan komitmen untuk mempercepat kemajuan dalam menghadirkan infrastruktur energi yang lebih baik," tegas Gamal.
Pengamat energi dan Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, menilai peran Pertagas sangat penting di sektor energi nasional, terutama dalam konteks transisi energi. "Infrastruktur energi, khususnya jaringan pipa Pertagas, merupakan faktor kunci. Gas disebut sebagai jembatan menuju transisi energi karena merupakan energi fosil yang paling ramah lingkungan. Karenanya, gas menjadi sangat penting," ujar Komaidi.
Selama ini, Pertagas telah berperan aktif dalam pembangunan infrastruktur gas nasional. Dalam proses transisi energi, keberadaannya menjadi semakin krusial. "Kuncinya adalah konektivitas dan integrasi. Dengan jaringan yang terintegrasi, efisiensi bisa dicapai sehingga masyarakat dan industri dapat mengakses energi dengan lebih baik," jelas Komaidi. Ia menekankan pentingnya keberlanjutan dalam upaya memberikan akses energi yang efisien kepada masyarakat.
Pertagas juga bertekad untuk terus mengembangkan sistem distribusi enerjinya agar lebih andal, terutama di sektor-sektor strategis seperti kilang, pembangkit listrik, dan industri pupuk. Langkah ini diambil sebagai respons atas tantangan kebutuhan energi yang semakin meningkat dan untuk memastikan bahwa industri Indonesia dapat bersaing secara global.
Sebagai kesimpulan, PT Pertamina Gas sedang memantapkan dirinya sebagai ujung tombak dalam sektor transportasi energi nasional. Dengan komitmen inovatif dan visi yang berfokus pada transisi energi yang berkelanjutan, Pertagas diharapkan dapat mendukung swasembada energi Indonesia dan sekaligus merintis jalan menuju efisiensi dan integrasi energi yang lebih baik. Dengan demikian, Pertagas tidak hanya berperan dalam konteks nasional, tetapi juga menjadi pemain signifikan di pasar energi internasional.