Jakarta - Konsorsium pengelola Blok Masela, yang terdiri dari Inpex Masela Ltd, PT Pertamina Hulu Energi (PHE), dan Petronas, kini tengah sibuk mengejar kesepakatan komersial penjualan gas dengan berbagai mitra strategis calon konsumen gas. Upaya ini menjadi salah satu tonggak penting dalam pengembangan proyek tersebut di tahun ini, Senin, 10 Maret 2025.
Menurut Direktur Keuangan dan Investasi PHE, Dannif Danusaputro, tercapainya kesepakatan untuk penjualan gas merupakan salah satu milestone yang dikejar dalam pengelolaan Blok Masela tahun ini. "Kita lagi coba mendapatkan kontrak LNG, itu penting untuk project financing supaya tahu jual LNG ke siapa untuk jangka panjang," ujar Dannif dalam wawancara di kantor pusat PHE akhir pekan lalu.
Proyek Abadi Masela memang telah menghadapi berbagai tantangan dalam perjalanannya. Mulai dari perubahan skema pengembangan, hingga hengkangnya Shell sebagai mitra, yang kemudian diisi oleh Pertamina dan Petronas. Namun, dengan kondisi kompleks ini, jika izin Inpex dicabut oleh pemerintah, maka dapat dipastikan proyek ini akan kembali terhambat dan terancam mangkrak.
Salah satu tantangan terbesar dalam kelanjutan pengembangan Blok Masela adalah belum adanya kepastian mengenai siapa yang akan membeli gas dari blok tersebut. Blok Masela ditargetkan bisa memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa sebanyak 150 mmscfd. Selain itu, produksi 35.000 barel minyak per hari juga menjadi potensi dari Masela.
Dannif memaparkan bahwa meskipun target tahun ini mungkin belum bisa mencapai Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG), setidaknya ada harapan untuk mendapatkan kesepakatan Head of Agreement (HoA) dengan calon konsumen. Hal ini penting untuk mengkaji harga dan volume gas yang sesuai. “Kita bisa ulang lagi (HoA), Pupuk PLN udah pasti. Tahun ini ada beberapa HoA untuk yang offshore atau onshore,” ungkap Dannif.
Industri pupuk dan PLN untuk pembangkit listrik diidentifikasi sebagai beberapa konsumen potensial yang dapat menyerap gas dari Blok Masela. Inpex sendiri telah beberapa kali melakukan penandatanganan HoA dalam upaya penjualan gas, meskipun belum semuanya berlanjut ke tahap finalisasi. "Pupuk dan PLN sudah pasti. Tahun ini ada beberapa HoA untuk yang offshore (LNG) atau onshore (gas pipa)," tambah Dannif.
Proyek Abadi Masela menyimpan harapan besar di industri energi nasional. Dengan potensi besar produksi LNG dan gas pipa, proyek ini dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap kebutuhan energi Indonesia. Namun, pencapaian ini tentu tidak lepas dari tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh konsorsium. Kepastian kontrak penjualan sangat penting guna memastikan kelangsungan proyek dari sisi finansial dan operasional.
Selain itu, pengembangan Blok Masela juga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal, melalui kesempatan lapangan pekerjaan dan pembangunan infrastruktur. Namun, sekali lagi, kesuksesan ini sangat bergantung pada tercapainya kesepakatan komersial dan dukungan dari berbagai pihak terkait.
Pemerintah, sebagai salah satu pemegang kepentingan utama, diharapkan dapat memberikan dukungan penuh terhadap kelanjutan proyek ini. Keputusan-keputusan strategis yang tepat diharapkan dapat mengatasi setiap tantangan yang muncul, sehingga pengembangan Blok Masela dapat berjalan sesuai rencana dan memberikan manfaat yang maksimal bagi bangsa dan negara.
Ke depan, dengan adanya kekompakan dan koordinasi yang baik di antara seluruh pemangku kepentingan, diharapkan proyek Abadi Masela akan dapat menunjukkan progres yang signifikan. Dengan terus melakukan upaya diplomasi dan negosiasi cerdas, kesepakatan komersial untuk penjualan gas dari Blok Masela diharapkan dapat segera terwujud, menjadikan proyek ini salah satu ikon keberhasilan industri energi nasional.