JAKARTA – Pada awal tahun 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penurunan kapitalisasi pasar saham Indonesia yang signifikan, menguap hingga Rp935 triliun. Penurunan ini merupakan refleksi dari koreksi saham-saham berkapital besar atau big caps, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN).
Menurut data BEI, kapitalisasi pasar Bursa menyusut menjadi Rp11.401 triliun pada akhir pekan lalu, dari Rp11.595 triliun sepekan sebelumnya. Lebih miris lagi, jika dibandingkan dengan akhir tahun 2024, kapitalisasi pasar ini telah kehilangan Rp935 triliun, menyusut dari Rp12.336 triliun.
Penurunan ini sejalan dengan performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah pada awal tahun. Meskipun IHSG sempat menguat 0,38% ke level 6.638,45 pada akhir pekan lalu, secara year to date (ytd), IHSG masih tercatat melemah 6,24%.
Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy, and Planning di Kiwoom Sekuritas Indonesia, menjelaskan bahwa penurunan IHSG pada awal 2025 dipengaruhi oleh aliran dana asing yang meninggalkan pasar Indonesia. "Net sell asing di pasar saham Indonesia mencapai Rp10,51 triliun. Kondisi ini dipicu oleh kebijakan moneter yang lebih hati-hati dari The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell," ungkap Audi, Jumat (14/2/2025).
Jerome Powell, dalam kebijakannya, memberikan sinyal bahwa pemangkasan suku bunga akan dilakukan dengan lebih berhati-hati pada 2025, menciptakan narasi 'higher for longer' yang mengalihkan investor ke aset-aset yang lebih sedikit risikonya atau safe havens.
Selain itu, kebijakan tarif impor yang diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump, menambah tekanan pada ekonomi global. Sebagaimana diketahui, Trump menerapkan tarif impor 25% untuk baja dan aluminium. "Ini tentu menimbulkan kekhawatiran bagi pasar karena dampaknya terhadap perdagangan global," tambah Audi.
Liza Camelia Suryanata, Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia, turut menambahkan bahwa penurunan IHSG juga dipengaruhi oleh kebijakan perdagangan dari AS. “Kebijakan perdagangan AS yang diterapkan oleh Donald Trump, terutama tarif terhadap Kanada, Meksiko, dan China, menambah ketidakpastian di pasar global,” kata Liza.
Selain sentimen global, kondisi makroekonomi Indonesia juga menjadi faktor yang membebani IHSG. Liza menambahkan, "Deflasi dan pertumbuhan ekonomi di bawah ekspektasi tahun 2024 turut membebani performa pasar saham, walaupun pertumbuhan ekonomi masih bertahan di level 5%."
Tekanan pada kapitalisasi pasar juga terpantau pada sejumlah emiten big caps. Berikut realita penurunan kapitalisasi pasar emiten besar pada awal 2025:
1. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA): Kapitalisasi pasar mengalami penyusutan dari Rp1.180 triliun pada Desember 2024 menjadi Rp1.153 triliun pada Januari 2025, dan terus turun menjadi Rp1.095 triliun pada akhir pekan lalu. Penurunan harga saham sebesar 6,2% ytd menjadi salah satu penyebabnya.
2. PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN): Kapitalisasi pasar BREN turun drastis dari Rp1.240 triliun menjadi Rp1.207 triliun dalam satu bulan, dan ke Rp823 triliun pada akhir pekan, seiring dengan penurunan harga saham sebesar 29,11% ytd.
3. PT Bayan Resources Tbk. (BYAN): Kapitalisasi pasar sempat meningkat menjadi Rp680 triliun pada Januari 2025, namun kembali turun ke level Rp674 triliun pada penutupan pekan lalu, dengan penurunan harga saham 0,74% ytd.
4. PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA): Kapitalisasi pasar menyusut dari Rp648 triliun menjadi Rp614 triliun, dan lebih jauh ke Rp603 triliun pada akhir pekan, seiring penurunan harga saham 5% ytd.
5. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI): Meskipun mengalami peningkatan kapitalisasi di bulan Januari, pada akhir pekan lalu BBRI tercatat menyusut ke Rp579 triliun, dengan harga saham menurun 2,7% ytd.
Kondisi ini memperlihatkan tantangan yang signifikan bagi pasar saham Indonesia pada awal tahun 2025, dipengaruhi oleh berbagai faktor domestik maupun global. Beberapa isu utama termasuk kebijakan perdagangan internasional, kebijakan moneter, dan kondisi makroekonomi dalam negeri perlu terus dicermati oleh para pelaku pasar, guna mengambil langkah strategis dalam investasi.