OJK

OJK Ingatkan, Jangan Asal Ambil Pinjaman Online

OJK Ingatkan, Jangan Asal Ambil Pinjaman Online
OJK Ingatkan, Jangan Asal Ambil Pinjaman Online

JAKARTA - Kesadaran masyarakat terhadap keamanan finansial kembali menjadi sorotan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa setiap individu perlu berhati-hati dalam menggunakan layanan keuangan, khususnya pinjaman online. Penekanan utama adalah memastikan layanan tersebut berasal dari penyedia yang legal, diawasi OJK, dan menjadi anggota asosiasi resmi.

Peringatan ini bukan tanpa alasan. Kehadiran berbagai produk keuangan digital yang semakin menjamur membuat masyarakat sering kali tergoda untuk mengambil pinjaman dengan cepat tanpa memeriksa legalitasnya. Padahal, langkah ini berisiko tinggi menimbulkan masalah di kemudian hari.

Pentingnya Legalitas Produk Keuangan

Yuzirwan, Kepala Edukasi, Pelindungan Konsumen, dan Layanan Manajemen Strategis Direktorat OJK Jawa Barat, mengingatkan agar masyarakat tidak hanya tergiur dengan kemudahan yang ditawarkan fintech lending atau pinjaman daring. Ia menekankan bahwa perusahaan penyedia jasa keuangan yang digunakan wajib terdaftar resmi di OJK dan juga menjadi anggota AFPI (Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia).

AFPI sendiri merupakan organisasi resmi yang menaungi para pelaku usaha fintech lending atau Peer to Peer (P2P) Lending. Kehadiran asosiasi ini mendapat mandat dari OJK untuk memastikan ekosistem layanan pendanaan berbasis teknologi berjalan sesuai regulasi.

“Jangan lupa, selalu gunakan produk keuangan yang legal. Termasuk saat menggunakan layanan PINDAR (pinjaman daring), pastikan hanya memilih yang terdaftar di OJK dan AFPI karena itu menjamin adanya kepatuhan terhadap regulasi,” jelas Yuzirwan.

Literasi Keuangan Melalui Edukasi Kreatif

Pesan ini disampaikan Yuzirwan saat menjadi narasumber di sebuah podcast edukasi yang digelar dalam rangkaian perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-80. Acara yang diinisiasi AFPI tersebut berhasil memecahkan rekor MURI untuk kategori "Live Streaming Edukasi & Literasi 25 Jam Non-Stop".

Dalam kesempatan itu, Yuzirwan mengingatkan pentingnya kreativitas dalam mengelola keuangan yang harus disertai pemahaman mendalam terhadap produk dan instrumen keuangan. “Kreativitas dalam mengelola keuangan harus didukung pemahaman atas produk dan instrumen keuangan yang ada. Termasuk kesadaran untuk menghitung untung rugi dan risiko yang melekat,” tegasnya.

Perspektif dari Dunia Penulisan dan Perbankan

Selain Yuzirwan, acara ini juga menghadirkan Ika Natassa, penulis novel populer Critical Eleven yang juga berprofesi sebagai banker, serta Achmad Indrawan, Direktur Utama Adapundi. Diskusi bertajuk “Kreativitas dalam Mengelola Keuangan: Belajar dari Penulis dan Banker” memberikan sudut pandang berbeda terkait literasi keuangan.

Ika Natassa menyamakan pengelolaan keuangan dengan proses menulis cerita. Menurutnya, keduanya memiliki tiga elemen penting: karakter, intention (tujuan), dan obstacle (hambatan).

“Dalam penulisan, ada karakter, ada intention, dan ada obstacle yang harus dihadapi. Begitu juga dengan keuangan: kita adalah karakternya, harus tahu apa intention (tujuan) kita, serta mengenali obstacle (hambatan) yang menghalangi tercapainya tujuan itu," ujar Ika.

Ia menambahkan, pemahaman ini mendorong seseorang untuk lebih kreatif mencari jalan sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing.

Menetapkan Tujuan Finansial yang Jelas

Senada dengan Ika, Achmad Indrawan menekankan pentingnya setiap orang memiliki arah dan tujuan dalam mengelola keuangan. Ia menyebut, tanpa tujuan yang jelas, sulit bagi seseorang untuk menyusun perencanaan finansial yang realistis.

“Kita harus punya tujuan dan cita-cita keuangan seperti apa, dari situ kita buat perencanaan yang realistis dengan pendapatan rutin yang kita dapatkan. Jika kurang, kita harus improvisasi dan kreatif untuk bisa menambah pendapatan,” kata Achmad.

Ia menegaskan, perencanaan keuangan yang baik bukan hanya soal menyusun angka di atas kertas, tetapi juga kesiapan mental untuk beradaptasi dengan hambatan yang muncul.

Peran Adapundi dalam Literasi Finansial

Partisipasi Adapundi dalam acara ini menunjukkan bahwa kontribusi perusahaan fintech tidak hanya sebatas menyediakan layanan pinjaman daring. Menurut Achmad, keterlibatan Adapundi merupakan bentuk nyata dukungan perusahaan dalam mendorong masyarakat agar menjadi peminjam yang cerdas dan bertanggung jawab.

“Kehadiran kami dalam kegiatan ini bukan sekadar partisipasi simbolis, tetapi juga wujud nyata untuk membantu masyarakat memahami pentingnya kecerdasan finansial,” ujar Achmad.

Ia menegaskan bahwa misi Adapundi adalah terus menghadirkan pengetahuan finansial yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian, masyarakat dapat mengambil keputusan keuangan yang bijak dan tidak terjebak dalam praktik pinjaman ilegal.

Masyarakat Dituntut Lebih Kritis

Dengan semakin mudahnya akses ke berbagai layanan keuangan digital, masyarakat memang dituntut lebih kritis. OJK bersama AFPI berupaya memastikan ekosistem pinjaman daring berjalan sehat, namun tanggung jawab tetap berada di tangan pengguna.

Kegiatan edukasi seperti pemecahan rekor MURI ini menjadi salah satu cara untuk menyampaikan pesan secara kreatif dan menjangkau audiens lebih luas. Diharapkan, semakin banyak orang yang memahami pentingnya memilih layanan keuangan legal serta menyusun rencana keuangan dengan bijak.

Pada akhirnya, pesan inti yang ingin disampaikan adalah sederhana namun penting: jangan sampai kemudahan digital membuat masyarakat lengah. Setiap keputusan finansial harus diambil dengan penuh pertimbangan, menggunakan produk yang diawasi regulator, agar keamanan dan keberlanjutan finansial tetap terjaga.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index