JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka menguat hingga menembus level 8.086.
Sejumlah saham konglomerat seperti BRMS, RAJA, dan WIFI kompak menghijau sejak sesi awal perdagangan. Kondisi ini menambah optimisme pelaku pasar terhadap tren bullish dalam jangka pendek.
Tim Riset MNC Sekuritas memprediksi bahwa level support IHSG hari ini berada di kisaran 8.005 dan 7.840, sementara level resistansi dapat bergerak pada 8.155–8.192. Saham-saham unggulan yang menjadi rekomendasi antara lain AMRT, ENRG, HRTA, hingga SMGR. Prospek ini membuka peluang akumulasi lebih lanjut.
Sementara itu, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, David Kurniawan, menilai IHSG masih berpeluang menguat sepanjang pekan ini. Menurutnya, katalis positif terutama datang dari kesepakatan dagang Indonesia Uni Eropa yang semakin memperkuat prospek saham eksportir nasional.
Dampak Kesepakatan Dagang RI–Uni Eropa
David menjelaskan bahwa tercapainya kesepakatan substantif antara Indonesia dan Uni Eropa mengenai pemangkasan tarif akan menjadi momentum penting. Pemangkasan tarif hingga 80 persen produk ekspor Indonesia mulai 2027 dinilai mampu memperkuat kinerja perdagangan jangka panjang.
Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah yang dijaga ketat oleh Bank Indonesia turut memberikan rasa percaya kepada investor asing. Hal ini membuat akumulasi dana di pasar domestik tetap terjaga, sehingga menambah tenaga baru bagi penguatan IHSG dalam beberapa sesi ke depan.
Jika tren ini berlanjut, IHSG berpeluang besar bergerak dalam tren bullish jangka pendek. Momentum perdagangan global yang mendukung menjadi faktor tambahan yang mendorong optimisme investor.
Sentimen Global dan Kebijakan Fiskal
Selain faktor domestik, kondisi global juga memberi pengaruh positif. Pasar menaruh harapan besar pada langkah The Fed yang diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga. Ekspektasi pelonggaran ini dapat mendorong arus dana masuk ke emerging markets, termasuk Indonesia, sehingga memperkuat daya tahan IHSG.
David menyoroti adanya dua sentimen utama yang juga akan memengaruhi pasar. Pertama, kebijakan fiskal di bawah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa terkait disiplin defisit anggaran dan arah stimulus pemerintah.
Kedua, kebijakan cukai rokok, di mana Purbaya memastikan tarif CHT 2026 tidak akan naik, sesuai permintaan industri rokok dan petani. Dengan adanya kepastian kebijakan tersebut, pasar saham domestik diperkirakan mampu bergerak lebih stabil.
Investor menilai kondisi fiskal yang terjaga dan regulasi yang berpihak pada industri menjadi katalis tambahan untuk penguatan IHSG.
Analisis Teknis dan Data Ekonomi
Menurut Tim Riset Phintraco Sekuritas, pergerakan IHSG pada pekan depan akan dipengaruhi sejumlah faktor penting. Dari dalam negeri, investor akan mencermati rilis data indeks manufaktur, neraca perdagangan, serta inflasi.
Dari luar negeri, perhatian pasar tertuju pada data manufaktur, sektor jasa, dan ketenagakerjaan Amerika Serikat. Data yang dinilai paling berpengaruh antara lain ADP Employment, nonfarm payrolls, serta tingkat pengangguran.
Informasi ini akan menjadi acuan untuk menilai kesehatan ekonomi Amerika Serikat sekaligus menentukan arah kebijakan The Fed. Investor global menantikan kejelasan arah suku bunga ke depan.
Secara teknikal, indikator Stochastic RSI bergerak ke arah pivot setelah mengalami death cross. Sementara histogram MACD mulai melemah meski masih bertahan di area positif.
IHSG juga tercatat masih berada di atas level MA5, menandakan tren penguatan tetap terjaga. Tim riset memperkirakan pergerakan IHSG dalam rentang 7.980–8.170.