Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukan kekuatannya sepanjang pekan lalu dengan bergerak di zona hijau. IHSG tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,27% dan ditutup pada posisi 6.636,00. Meskipun ada aksi jual bersih oleh investor asing dengan total mencapai Rp791,16 miliar, sejumlah saham justru mendapat perhatian lebih dari investor mancanegara.
Kenaikan IHSG ini tidak dapat dilepaskan dari pergerakan investor asing yang memborong sejumlah saham dari bursa. Berdasarkan data yang dihimpun, pada perdagangan Jumat, muncul aksi beli bersih asing (net foreign buy) yang signifikan pada beberapa saham unggulan. Dari sepuluh saham yang paling banyak diborong, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) berada di posisi teratas.
Saham Terpopuler di Mata Investor Asing
Di antara saham-saham terpopuler yang mendominasi transaksi asing, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) membukukan pembelian asing terbesar dengan total nilai mencapai Rp150,46 miliar. BBCA dikenal sebagai salah satu saham blue chip yang stabil dan sering kali menjadi pilihan utama bagi investor institusi, baik lokal maupun internasional.
Selain BBCA, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) juga menjadi daya tarik dengan pembelian asing sebesar Rp75,70 miliar. Sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, TLKM terus mencuri perhatian investor dengan inovasi dan ekspansi bisnisnya. "Telkom Indonesia selalu berupaya memperkuat posisinya sebagai pemimpin industri, dan minat investor asing adalah bukti kepercayaan terhadap strategi bisnis kami," ujar Johnny G. Plate, Direktur Utama TLKM.
Di sektor otomotif, PT Astra International Tbk. (ASII) mendapat aliran modal asing senilai Rp70,87 miliar. Ketertarikan akan saham ASII didorong oleh kinerja perusahaan yang konsisten dan diversifikasi bisnis yang kuat di sektor otomotif dan agribisnis. Kehadiran asing di saham Astra menunjukkan pandangan positif terhadap pemulihan ekonomi dan peningkatan daya beli konsumen.
Peran Teknologi dan Bahan Baku dalam Perdagangan Saham
Selain itu, di sektor teknologi, PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) mencatat pembelian asing sebesar Rp31,73 miliar. Sebagai salah satu perusahaan yang berfokus pada solusi teknologi, peningkatan ini menandakan besarnya potensi pertumbuhan sektor teknologi digital di Indonesia. Begitu pula dengan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) yang memperlihatkan kinerja menjanjikan dengan pembelian oleh investor asing sebesar Rp13,13 miliar. GOTO terus menarik perhatian dengan inovasi di sektor e-commerce dan jasa keuangan digital yang menjadi penggerak utama ekonomi digital.
Kesempatan di sektor pertambangan dan bahan baku juga tidak luput dari pandangan investor asing. PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) yang bergerak di sektor tambang nikel menjadi aset yang penting di tengah tren global menuju energi terbarukan, mencatat net foreign buy sebesar Rp12,56 miliar, sementara PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) mendapatkan Rp24,86 miliar dari investor asing.
Sektor Konsumsi dan Kebangkitan Ekonomi
Dalam sektor konsumsi, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dengan pembelian asing senilai Rp21,02 miliar, dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) sebesar Rp14,52 miliar menunjukkan optimismenya terhadap pemulihan daya beli masyarakat. Saham-saham di sektor ini dianggap defensif dan tetap menjadi pilihan di saat ketidakpastian ekonomi.
"Melihat tren investasi asing yang konsisten di saham-saham konsumsi, kita bisa melihat bahwa ada kepercayaan terhadap prospek ekonomi Indonesia yang semakin membaik," ungkap Nafan Aji, seorang analis pasar modal.
Di tengah dinamika pasar yang cepat berubah, pergerakan investor asing ini menegaskan optimisme mereka terhadap potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan strategi dan kebijakan yang mendukung, diharapkan IHSG dan saham-saham unggulan akan terus menunjukkan kinerja positif, memberikan keuntungan jangka panjang bagi para investor.
Pada akhirnya, aksi borong oleh investor asing ini tidak hanya mencerminkan kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia, tetapi juga menandakan bahwa Indonesia tetap menjadi destinasi investasi menjanjikan di kawasan Asia Tenggara.