JAKARTA - Pasar saham kembali bergairah dengan lonjakan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Pada perdagangan 17 Februari 2025, harga saham BBRI meningkat tajam sebesar 4,40% hingga bertengger di Rp 4.030. Volume transaksi mencapai 265,74 juta saham dengan frekuensi 48.832 kali, dan nilai transaksi mengesankan senilai Rp 1,06 triliun.
Sebagaimana diungkapkan oleh beberapa broker terkemuka, akumulasi pembelian saham BBRI membuat investor semakin optimistis. UBS Sekuritas Indonesia mencatatkan net buy sebesar Rp 195,1 miliar, sementara Mandiri Sekuritas dan JP Morgan Sekuritas Indonesia masing-masing membukukan net buy senilai Rp 186,2 miliar dan Rp 116,1 miliar. Investor asing turut menyumbang lonjakan ini dengan mencetak net buy sebanyak Rp 372 miliar, memamerkan keyakinan global akan potensi saham BBRI.
CGS International Sekuritas dalam trading idea memasukkan BBRI dalam kategori spec buy dengan level support di angka 3.940 dan menyarankan cut loss jika harga turun di bawah 3.850. “Jika saham BBRI mampu bertahan di atas 3940, ada potensi kenaikan ke level 4.120-4.210 dalam jangka pendek," jelas CGS International Sekuritas.
Selain momentum perdagangan yang kuat, valuasi dan strategi dividen PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ikut menarik perhatian. RHB Sekuritas menilai valuasi saham BBRI menarik dengan estimasi price to book value (P/BV) 2026 sebesar 1,7 kali. Mereka juga mencatat peningkatan rasio pembayaran dividen yang kini mencapai 85%. “Kondisi ini cukup menggiurkan bagi investor yang mencari peluang investasi stabil dengan manfaat dividen yang baik," kata Andrey Wijaya, analis dari RHB Sekuritas.
Sehubungan dengan kinerja keuangan sepanjang tahun 2024, BBRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 60,2 triliun, stabil secara tahunan (year-on-year). Walaupun pertumbuhan kredit lebih lambat sebesar 7% yoy dibandingkan target 10-12%, dan biaya kredit (CoC) lebih tinggi mencapai 3,23%, kondisi tersebut tidak menghalangi antusiasme para investor.
Memasuki akhir tahun, rasio loan to deposit ratio (LDR) BBRI mencapai 99,21% pada Desember 2024, relatif stabil dari sebelumnya namun tetap meningkat jika dibandingkan Desember 2023 yang mencapai 93,23%. Analis RHB Sekuritas, Andrey Wijaya, berpendapat, “Kondisi likuiditas yang ketat pada semester II-2024 tampaknya berlanjut pada kuartal I-2025. Sebagai langkah antisipatif, BBRI menurunkan panduan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) untuk tahun 2025 menjadi 7,3-7,7% dari 7,74% di tahun sebelumnya.”
Lebih lanjut, kualitas aset BBRI menunjukkan perbaikan. Loan at risk (LAR) menurun ke 10,7% pada Desember 2024 dari 11,66% pada September 2024, dan 12,47% pada Desember 2023. Sementara itu, non-performing loan (NPL) juga berkurang menjadi 2,78% dari 2,9% pada September 2024, dibandingkan 2,95% pada Desember 2023. NPL coverage pada Desember 2024 dapat dipertahankan pada 215,01%, sedikit menurun dari 215,44% pada September 2024.
Andrey Wijaya menjelaskan lebih lanjut, “BBRI tetap berhati-hati terhadap risiko kredit dan terus mempertahankan proyeksi biaya kredit (CoC) 2025 di kisaran 3-3,2%. Mereka juga menargetkan pembersihan NPL kredit mikro di tahun 2023 sepenuhnya hingga tahun 2025, melalui alokasi biaya kredit pada kuartal I-2025.”
Dengan semua langkah strategis dan kinerja yang menjanjikan ini, tidak mengherankan jika saham BBRI menjadi pusat perhatian investor yang mencari investasi yang solid di pasar yang lebih luas. Adanya optimisme dan sentimen positif terhadap saham BBRI diharapkan akan terus memacu pertumbuhannya di masa depan.