Olahraga

Candu Ponsel Pintar Ancam Pola Olahraga Remaja, Pakar Sebut Gangguan Serius bagi Kesehatan Fisik dan Psikis

Candu Ponsel Pintar Ancam Pola Olahraga Remaja, Pakar Sebut Gangguan Serius bagi Kesehatan Fisik dan Psikis

JAKARTA - Maraknya penggunaan ponsel pintar di era digital membawa banyak kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari akses informasi yang cepat, kemudahan komunikasi, hingga berbagai hiburan dalam genggaman. Namun, di balik segala manfaat tersebut, muncul kekhawatiran serius terkait meningkatnya kecanduan ponsel pintar yang mulai menggerogoti pola hidup sehat, terutama pola olahraga masyarakat, khususnya kalangan remaja.

Fenomena kecanduan ponsel pintar atau yang disebut sebagai problematic smartphone use ini diidentifikasi sebagai kecanduan perilaku, di mana individu menggunakan ponsel secara berlebihan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, hubungan sosial, serta kesejahteraan secara keseluruhan. Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Alageel et al. pada tahun 2021, kecanduan ini ditandai dengan penggunaan ponsel yang kompulsif dan berlebihan, sehingga berdampak negatif baik secara fisik maupun psikologis.

“Penggunaan ponsel pintar yang berlebihan menyebabkan gangguan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesehatan fisik, seperti berkurangnya aktivitas fisik, hingga kesehatan mental yang terganggu akibat ketergantungan yang tidak sehat terhadap perangkat tersebut,” tulis Alageel dalam hasil penelitiannya.

Remaja Paling Rentan Terpapar

Dalam temuan yang sama, disebutkan bahwa remaja menjadi kelompok usia yang paling rentan mengalami kecanduan ponsel pintar. Faktor sosio-demografis, seperti usia, jenis kelamin, serta pola penggunaan yang tidak terkontrol, menjadi pemicu utama mengapa kalangan muda lebih mudah terjerat dalam jeratan kecanduan gawai ini.

Sebagian besar remaja, menurut Alageel et al., berada dalam kategori risiko tinggi atau bahkan sudah masuk dalam tahap kecanduan. Ini menjadi alarm keras bagi para orang tua, pendidik, serta pembuat kebijakan untuk segera mengambil langkah preventif maupun kuratif dalam menangani masalah ini.

“Kecanduan ponsel pintar di kalangan remaja tidak hanya merusak waktu belajar dan bersosialisasi, tetapi juga menggeser prioritas mereka dari aktivitas fisik yang menyehatkan seperti olahraga, ke aktivitas pasif yang membahayakan kesehatan,” ungkap Alageel dalam penelitiannya.

Dampak Langsung pada Pola Olahraga

Salah satu dampak yang paling mencolok dari kecanduan ponsel pintar adalah menurunnya minat serta partisipasi dalam aktivitas olahraga. Remaja yang menghabiskan sebagian besar waktunya terpaku pada layar ponsel cenderung memiliki gaya hidup yang lebih sedentari atau kurang bergerak. Akibatnya, risiko mengalami berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, gangguan metabolik, serta penyakit kronis lainnya meningkat secara signifikan.

Berbagai studi menunjukkan bahwa waktu layar yang berlebihan berkorelasi dengan penurunan aktivitas fisik harian. Remaja yang kecanduan ponsel pintar cenderung memilih menghabiskan waktu mereka dengan bermain media sosial, menonton video, atau bermain gim daring ketimbang berolahraga atau melakukan kegiatan luar ruangan.

“Waktu yang semestinya digunakan untuk bergerak dan melakukan aktivitas fisik kini habis untuk berselancar di media sosial atau bermain gim daring. Ini tentu sangat memprihatinkan,” ujar salah satu peneliti dari Universitas Airlangga dalam diskusi ilmiah terkait kesehatan remaja.

Lebih lanjut, kurangnya aktivitas fisik tidak hanya berimbas pada kebugaran jasmani, tetapi juga pada kesehatan mental. Aktivitas olahraga terbukti dapat meningkatkan hormon endorfin yang berperan sebagai natural mood booster. Ketika olahraga ditinggalkan, remaja cenderung mengalami penurunan suasana hati, meningkatnya stres, bahkan risiko depresi.

Imbas pada Kesehatan Mental

Selain merusak pola olahraga, kecanduan ponsel pintar juga berkaitan erat dengan berbagai gangguan kesehatan mental. Ketergantungan yang berlebihan terhadap ponsel menciptakan rasa cemas berlebihan jika pengguna tidak dapat mengakses perangkatnya, atau yang biasa disebut sebagai nomophobia (no mobile phone phobia).

Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengalami kecanduan ponsel cenderung memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang menggunakan ponsel secara normal.

“Paparan terus-menerus terhadap layar ponsel tidak hanya membuat pengguna kehilangan banyak waktu produktif, tetapi juga memicu gangguan tidur, kecemasan sosial, bahkan depresi,” terang Alageel dalam penelitiannya.

Remaja yang kecanduan ponsel sering kali mengurangi waktu tidur demi tetap terhubung dengan dunia maya. Kurang tidur yang berkepanjangan dapat memicu gangguan konsentrasi, menurunkan performa akademis, serta meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis dalam jangka panjang.

Peran Orang Tua dan Lingkungan Sekitar

Untuk mengatasi permasalahan ini, peran aktif orang tua, guru, dan lingkungan sekitar sangat dibutuhkan. Orang tua diharapkan lebih aktif mengawasi penggunaan ponsel anak-anak mereka, serta mendorong mereka untuk terlibat dalam aktivitas fisik yang bermanfaat.

Membatasi waktu penggunaan ponsel dan menyediakan alternatif kegiatan yang menarik seperti olahraga bersama keluarga, eksplorasi alam, atau hobi positif lainnya, dapat menjadi langkah awal untuk mengurangi ketergantungan terhadap ponsel.

“Salah satu kunci utama pencegahan adalah keterlibatan orang tua dalam membimbing anak-anak mereka agar bijak dalam menggunakan ponsel pintar. Batasi waktu layar dan dorong anak untuk aktif secara fisik,” sarankan Alageel dalam kesimpulan penelitiannya.

Selain itu, pihak sekolah juga diharapkan dapat menyediakan fasilitas serta program olahraga yang menarik untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan fisik. Kampanye tentang bahaya kecanduan ponsel pintar serta manfaat olahraga bagi kesehatan harus terus digalakkan secara masif.

Menuju Generasi Sehat dan Seimbang

Sebagai penutup, sudah saatnya seluruh elemen masyarakat menyadari bahaya laten kecanduan ponsel pintar yang tidak hanya memengaruhi hubungan sosial tetapi juga kesehatan fisik dan mental generasi muda. Perlu adanya sinergi antara keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk menciptakan kebiasaan hidup sehat yang seimbang antara teknologi dan aktivitas fisik.

Dengan pengawasan yang tepat, penyediaan alternatif kegiatan yang menarik, serta edukasi berkelanjutan, diharapkan generasi muda tidak terjebak dalam pusaran candu ponsel pintar dan dapat tumbuh menjadi individu yang sehat, produktif, dan bahagia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index