JAKARTA– Maraknya penipuan yang mengatasnamakan BPJS Ketenagakerjaan kian meresahkan masyarakat. Modus yang digunakan para pelaku kian beragam dan semakin canggih, mulai dari penyebaran situs dan aplikasi palsu hingga tawaran jasa pencairan klaim cepat yang menjebak korban dengan iming-iming uang. Tak hanya mengakibatkan kerugian finansial, penipuan ini juga berpotensi mencuri data pribadi yang sangat penting.
Dalam beberapa pekan terakhir, aduan masyarakat terkait penipuan yang mengklaim sebagai bagian dari BPJS Ketenagakerjaan terus meningkat. Tindakan kriminal ini menyasar berbagai kalangan, khususnya peserta aktif program BPJS Ketenagakerjaan yang tengah mengurus klaim jaminan atau bantuan pemerintah seperti BSU (Bantuan Subsidi Upah).
Modus Penipuan: Dari Situs Palsu hingga Agen Klaim Cepat
Salah satu modus paling sering ditemukan adalah penyebaran tautan atau aplikasi palsu yang menyerupai situs resmi bpjsketenagakerjaan.go.id. Tautan-tautan ini biasanya dikirim melalui pesan WhatsApp, SMS, atau disebar lewat media sosial, lengkap dengan logo dan tampilan yang meyakinkan. Begitu korban membuka tautan tersebut, mereka diminta mengisi informasi penting seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor peserta BPJS Ketenagakerjaan, serta data rekening bank.
“Kami tidak pernah meminta data pribadi melalui pesan singkat atau media sosial. Jika ada pihak yang mengatasnamakan BPJS Ketenagakerjaan dan meminta informasi pribadi, itu patut dicurigai sebagai upaya penipuan,” tegas Deputi Direktur Bidang Komunikasi BPJS Ketenagakerjaan, Irvansyah Utoh Banja.
Selain situs palsu, modus lain yang marak terjadi adalah penipuan oleh agen atau calo tidak resmi yang mengaku dapat mempercepat proses pencairan dana jaminan sosial dengan syarat korban membayar sejumlah uang sebagai "jasa".
Padahal, menurut BPJS Ketenagakerjaan, seluruh layanan mereka bersifat gratis dan tidak dipungut biaya apa pun. “BPJS Ketenagakerjaan tidak bekerja sama dengan pihak ketiga dalam urusan klaim. Semua layanan bisa dilakukan secara mandiri melalui kantor cabang atau aplikasi resmi,” tambah Irvansyah.
Tak hanya itu, beredar pula informasi palsu tentang undian berhadiah dan program bantuan seperti BSU, yang sering dimanfaatkan oleh pelaku penipuan. Mereka mengirim pesan pribadi berisi pengumuman pemenang atau iming-iming bantuan, disertai permintaan untuk mengisi data atau menginstal aplikasi tertentu. Semua ini merupakan bentuk phishing yang bertujuan mencuri data pengguna.
Daftar Modus Penipuan yang Perlu Diwaspadai
Berikut adalah beberapa modus penipuan yang sering digunakan oleh pelaku:
Situs dan Aplikasi Palsu: Tautan yang meniru situs resmi BPJS Ketenagakerjaan, biasanya berisi permintaan data pribadi.
Agen atau Calo: Oknum yang menjanjikan pencairan dana cepat dengan imbalan sejumlah uang.
Undian atau Hadiah Palsu: Pengumuman menang hadiah atau uang tunai yang mengatasnamakan BPJS Ketenagakerjaan.
Pesan Phishing: Pesan dari akun palsu yang meminta Anda mengisi data atau menginstal aplikasi tertentu.
Informasi Palsu BSU: Tawaran bantuan dengan syarat mengisi formulir atau menghubungi nomor yang tidak resmi.
Cara Mencegah dan Melindungi Diri dari Penipuan
Agar tidak menjadi korban, masyarakat diimbau untuk selalu berhati-hati dan hanya menggunakan kanal resmi BPJS Ketenagakerjaan. Berikut beberapa langkah penting yang bisa dilakukan:
Gunakan situs dan aplikasi resmi, yakni bpjsketenagakerjaan.go.id atau aplikasi “JMO” (Jamsostek Mobile) yang tersedia di Google Play Store dan App Store.
Periksa URL dengan cermat sebelum mengisi informasi apa pun. Situs resmi tidak menggunakan ekstensi mencurigakan.
Hindari mengklik tautan mencurigakan dari SMS, WhatsApp, atau media sosial yang tidak jelas sumbernya.
Jangan berikan informasi pribadi seperti NIK, nomor kartu peserta, atau informasi rekening kepada pihak yang tidak resmi.
Laporkan upaya penipuan ke call center BPJS Ketenagakerjaan di 175 atau datang langsung ke kantor cabang terdekat.
Verifikasi informasi hanya melalui kanal resmi, termasuk akun media sosial terverifikasi BPJS Ketenagakerjaan.
Pentingnya Edukasi dan Waspada Digital
Penipuan siber seperti ini hanya bisa diberantas jika masyarakat dibekali dengan literasi digital yang memadai. Irvansyah mengingatkan bahwa edukasi dan kewaspadaan publik merupakan kunci utama untuk mencegah kerugian yang lebih besar.
“Kami terus berupaya memberikan edukasi melalui berbagai kanal komunikasi resmi agar masyarakat tidak mudah tertipu. Kami juga mengajak seluruh peserta untuk menjadi agen literasi digital di lingkungan masing-masing,” ujarnya.
Sebagai bagian dari perlindungan peserta, BPJS Ketenagakerjaan juga aktif melakukan klarifikasi terhadap informasi hoaks yang beredar, termasuk menurunkan konten-konten palsu di internet yang menyesatkan publik.
Penipuan yang mengatasnamakan BPJS Ketenagakerjaan bukan hanya mencoreng nama institusi, tetapi juga merugikan ribuan peserta aktif di seluruh Indonesia. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada, tidak mudah tergiur oleh janji manis, dan memverifikasi setiap informasi yang diterima. Kesadaran dan ketelitian dalam menerima informasi digital adalah pertahanan terbaik melawan kejahatan siber.
Jika Anda merasa menjadi korban penipuan, segera hubungi Call Center BPJS Ketenagakerjaan di 175 atau datang ke kantor cabang terdekat untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut.