SEPAK BOLA

Federasi Sepak Bola Malaysia Hentikan Program Naturalisasi Pemain Keturunan

Federasi Sepak Bola Malaysia Hentikan Program Naturalisasi Pemain Keturunan
Federasi Sepak Bola Malaysia Hentikan Program Naturalisasi Pemain Keturunan

JAKARTA - Ketika langkah naturalisasi pemain keturunan yang diterapkan oleh Tim Nasional Indonesia mulai menunjukkan hasil positif, situasi berbeda justru terjadi di negara tetangga, Malaysia. Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) secara mengejutkan mengumumkan penghentian program naturalisasi pada pemain keturunan. Keputusan ini diambil setelah memperoleh masukan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Malaysia, yang tidak memberikan restu untuk kelanjutan program tersebut.

Pengumuman penghentian ini disampaikan langsung oleh Menteri Olahraga Malaysia, Chow Yu Hu. Dalam wawancaranya dengan media Malaysia, Malaymail, pada Sabtu 8 Maret 2025, Chow mengatakan bahwa salah satu alasan utama penghentian ini adalah kurangnya dukungan pemerintah.

“Umumnya, kriteria untuk memilih pemain yang akan dinaturalisasi adalah pemain yang setidaknya bermain di kompetisi domestik Malaysia selama musim berturut-turut sejak usia 18 tahun dan tidak pernah bermain untuk negara lain di level internasional,” jelas Chow Yu Hu kepada Malaymail saat memaparkan syarat seleksi untuk pemain yang akan dinaturalisasi.

Sebelumnya, Malaysia sempat berupaya melakukan naturalisasi pada sejumlah pemain berbakat. Salah satu kasus yang menonjol adalah usaha untuk menaturalisasi Mats Deijl, pemain dari klub Go Ahead Eagles yang awalnya diduga memiliki darah keturunan Malaysia. Namun, upaya tersebut urung dilakukan setelah ditemukan bahwa Deijl lebih memiliki garis keturunan dari Singapura dari pihak moyang dan buyutnya.

FAM dan pemerintah Malaysia menyadari bahwa proses naturalisasi ini juga memerlukan proses yang tidak sederhana, baik dalam verifikasi identitas maupun dalam hal administratif. “Kami ingin memastikan bahwa pemain yang dinaturalisasi benar-benar dapat memberikan kontribusi positif bagi sepak bola Malaysia,” tambah Chow.

Beberapa waktu lalu, sempat beredar rumor mengenai rencana Malaysia untuk menaturalisasi empat pemain keturunan. Namun, rencana tersebut juga tidak berjalan. Salah satu nama yang pernah disebut adalah Ferdy Druijf, pemain yang saat ini merumput di Belanda. Namun, saat diwawancarai oleh media di Belanda, Ferdy Druijf mengungkapkan bahwa sejauh pengetahuan keluarganya, ia tidak memiliki garis keturunan Malaysia.

Pernyataan Ferdy Druijf ini justru menimbulkan berbagai kontroversi di media sosial. Beberapa akun fanbase Timnas Malaysia berupaya mengolah informasi ini, bahkan hingga memelintirnya dengan menyebut bahwa Druijf telah merasakan penerimaan positif dari fans Timnas Malaysia. Meski demikian, belum ada konfirmasi lebih lanjut mengenai hal itu dari pihak resmi.

Keputusan FAM dan pemerintah Malaysia untuk menghentikan program naturalisasi menjadi refleksi atas evaluasi yang lebih mendalam terhadap jalur dan strategi pembangunan tim nasional di masa mendatang. Melihat keberhasilan program serupa di Indonesia yang terlihat jelas di beberapa pertandingan terakhir, Malaysia tampaknya masih perlu mempertimbangkan kembali arah kebijakan mereka dalam mengembangkan prestasi sepakbola.

Langkah ini juga bisa dibaca sebagai strategi untuk memaksimalkan potensi pemain lokal dan mengembangkan talenta sepak bola dalam negeri. Di satu sisi, ini dapat mendorong klub-klub di Malaysia untuk lebih giat mencari dan membina bibit pesepakbola lokal dari usia dini.

Dalam kancah sepak bola Asia Tenggara, naturalisasi memang merupakan salah satu solusi cepat yang kerap diambil beberapa negara untuk meningkatkan competitiveness tim nasional mereka. Namun, tanpa perencanaan dan pelaksanaan yang matang, program ini dapat menghadapi berbagai tantangan, baik teknis maupun politis.

Dengan penghentian program naturalisasi ini, tantangan ke depan bagi sepak bola Malaysia adalah bagaimana menciptakan sistem pembinaan yang efektif dan berkelanjutan bagi para pemain lokal, agar cita-cita untuk bersaing di level internasional dapat tetap tercapai. Keputusan ini juga mengindikasikan pentingnya evaluasi dan adaptasi strategi dalam dunia olahraga, di mana setiap langkah harus disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan spesifik negara masing-masing.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index