PANAS BUMI

Indonesia Menuju Pemimpin Energi Panas Bumi

Indonesia Menuju Pemimpin Energi Panas Bumi
Indonesia Menuju Pemimpin Energi Panas Bumi

JAKARTA - Indonesia memiliki peluang emas untuk menjadi pemimpin dunia dalam pemanfaatan energi panas bumi (geothermal) jika mampu merealisasikan tambahan kapasitas 5,2 Giga Watt (GW) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dalam satu dekade mendatang. Hal ini diungkapkan oleh PT Pertamina New & Renewable Energy (PNRE), yang menilai langkah tersebut akan menempatkan Indonesia di posisi teratas, menyalip Amerika Serikat yang saat ini berada di puncak pemanfaatan geothermal global.

CEO PNRE, John Anis, menekankan bahwa posisi Indonesia saat ini memang sudah menonjol di tingkat dunia. "Memang saat ini Indonesia nomor dua ya di dunia dan Indonesia ingin nomor satu, nomor satunya di US. Kalau misalkan ini yang di RUPTL sekitar 5,2 GW bisa dijalankan, itu Indonesia punya potensi menjadi leader di dalam pemanfaatan geothermal di dunia," ujar John dalam acara Energy Corner.

Kunci untuk mewujudkan target ini adalah sinergi antara PNRE dengan PLN serta berbagai pihak terkait lainnya. PNRE telah menandatangani sejumlah MoU dan HOA dengan PLN guna mendukung pengembangan geothermal, menegaskan kesiapan perusahaan untuk mengoptimalkan potensi panas bumi yang tersedia.

Geothermal dan Energi Bersih Lainnya

John menambahkan bahwa pengembangan energi bersih di Indonesia tidak berhenti pada geothermal. PNRE juga siap mengembangkan gas, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), hidrogen, hingga pembangkit nuklir. Contohnya adalah proyek Jawa Satu Power, pembangkit combined cycle berbasis gas dengan kapasitas hampir 1,8 GW, yang memanfaatkan FSRU dari LNG dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
"Dan itu berjalan dengan sangat baik, saat ini kami cukup bangga memiliki instalasi tersebut dan siap men-deploy dengan konsep yang sama," ungkap John.

Potensi Panas Bumi Indonesia

Menurut data pemerintah hingga 2024, Indonesia memiliki 362 titik potensi panas bumi dengan kapasitas total 23,6 GW. Namun, pemanfaatannya baru mencapai 2,6 GW, atau sekitar 10% dari total potensi. Angka ini menunjukkan peluang besar untuk ekspansi, yang dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat energi geothermal dunia.

Rencana pengembangan tersebut sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034, yang menargetkan tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 GW. Dari jumlah ini, sekitar 76% akan berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT), yakni 42,6 GW dari pembangkit EBT dan 10,3 GW dari sistem penyimpanan energi. Sisanya, 16,6 GW berasal dari pembangkit berbasis energi fosil.

Rincian kapasitas EBT menurut RUPTL adalah:

-Surya: 17,1 GW

-Air: 11,7 GW

-Angin: 7,2 GW

-Panas Bumi: 5,2 GW

-Bioenergi: 0,9 GW

-Nuklir: 0,5 GW

Sementara itu, kapasitas sistem penyimpanan energi mencakup PLTA pumped storage 4,3 GW dan baterai 6,0 GW. Sedangkan pembangkit fosil terdiri dari gas 10,3 GW dan batu bara 6,3 GW.

Dampak Strategis bagi Indonesia

Realisasi tambahan 5,2 GW PLTP tidak hanya akan menempatkan Indonesia sebagai pemimpin geothermal global, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap ketahanan energi nasional. Energi panas bumi menawarkan pasokan listrik yang stabil dan ramah lingkungan, sehingga menjadi salah satu solusi untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

Lebih jauh, pengembangan PLTP juga berdampak positif bagi perekonomian lokal, terutama di wilayah yang kaya potensi geothermal. Infrastruktur pembangkit akan membuka lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan industri, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi proyek.

Sinergi dan Tantangan

PNRE menegaskan bahwa kolaborasi antara PLN, pemerintah, dan sektor swasta menjadi kunci keberhasilan. Meski begitu, pembangunan PLTP juga menghadapi tantangan seperti biaya investasi awal yang tinggi, kebutuhan teknologi canggih, serta pengelolaan lingkungan dan sosial yang tepat.

John Anis menekankan bahwa kesiapan PNRE tidak hanya dari sisi geothermal. Perusahaan juga mempersiapkan pengembangan energi gas, PLTS, hidrogen, dan nuklir, sehingga Indonesia dapat memiliki kombinasi energi yang lebih berkelanjutan dan andal.

Menuju Target Global

Jika target tambahan kapasitas 5,2 GW dapat terealisasi sesuai RUPTL, Indonesia berpeluang menyalip Amerika Serikat sebagai negara dengan pemanfaatan geothermal terbesar di dunia. Keberhasilan ini sekaligus akan memperkuat posisi Indonesia dalam transisi energi global, memperlihatkan bahwa negara tropis ini mampu memanfaatkan potensi alamnya untuk menghasilkan energi bersih yang berkelanjutan.

Selain itu, keberadaan sistem penyimpanan energi sebesar 10,3 GW akan mendukung stabilitas jaringan listrik, memungkinkan integrasi pembangkit EBT yang lebih luas, dan memaksimalkan efisiensi energi di seluruh nusantara.

Indonesia kini berada di persimpangan strategis untuk menjadi raja energi panas bumi dunia. Dengan tambahan kapasitas 5,2 GW PLTP, dukungan dari RUPTL, serta sinergi antara PNRE, PLN, dan pihak terkait lainnya, peluang itu bisa diwujudkan.

Selain geothermal, kesiapan pengembangan energi bersih lain seperti gas, PLTS, hidrogen, dan nuklir memperkuat ketahanan energi nasional. Kombinasi ini akan memastikan Indonesia tidak hanya memenuhi kebutuhan listrik domestik, tetapi juga menempatkan negara ini sebagai pemain utama dalam transisi energi global.

Ke depan, ekspansi PLTP dan EBT lainnya akan berdampak langsung pada ketahanan energi, pertumbuhan ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat, sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai negara yang proaktif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index