JAKARTA – Harga saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengalami lonjakan tajam dalam beberapa pekan terakhir, memicu perhatian publik dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Manajemen maskapai pelat merah tersebut akhirnya angkat suara terkait volatilitas harga saham yang mencolok tersebut.
Dalam kurun waktu 10 hari, saham emiten berkode GIAA itu melonjak signifikan dari posisi Rp36 per lembar saham menjadi Rp60 per lembar saham. Kenaikan hampir 67 persen tersebut mengundang pertanyaan dari otoritas bursa terkait kemungkinan adanya informasi atau fakta material yang belum disampaikan ke publik, dan yang berpotensi mempengaruhi keputusan investor.
Menanggapi hal ini, Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menyatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui adanya informasi material yang belum diumumkan secara resmi kepada publik. Ia menegaskan bahwa manajemen senantiasa terbuka dan patuh terhadap ketentuan pasar modal. “Sampai saat ini, perseroan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material lainnya yang belum disampaikan kepada publik, yang dapat mempengaruhi nilai efek Perseroan atau keputusan investasi pemodal,” ujar Wamildan dalam keterbukaan informasi kepada BEI yang dikutip pada Selasa (3/6/2025).
Wamildan juga menekankan bahwa seluruh strategi dan kebijakan korporasi merupakan kewenangan penuh pemegang saham dan pemangku kepentingan terkait. Ia menambahkan, Garuda Indonesia senantiasa berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, guna memastikan arah bisnis tetap berjalan sesuai strategi yang telah ditetapkan. “Perseroan secara berkala melakukan koordinasi dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya, sambil tetap berfokus untuk memastikan Perseroan berjalan on the track sesuai dengan strategi kinerja Perseroan,” jelas Wamildan.
Dugaan Aktivitas Pemegang Saham dan Suntikan Modal
BEI juga turut mempertanyakan apakah terdapat aktivitas tertentu dari pemegang saham yang menyebabkan pergerakan harga saham tersebut. Menjawab hal ini, Wamildan memastikan tidak ada perubahan signifikan dalam komposisi pemegang saham yang bisa menjadi pemicu lonjakan harga. “Merujuk kepada pergerakan Daftar Pemegang Saham terbaru periode April 2025 sebagaimana yang telah diterima oleh Perseroan dari Biro Administrasi Efek, dapat kami sampaikan bahwa tak terdapat aktivitas pemegang saham yang dapat berakibat berubahnya kepemilikan,” ungkapnya.
Di tengah sorotan terhadap pergerakan saham GIAA, beredar pula kabar bahwa Garuda Indonesia sedang menjajaki kerja sama dengan Danantara, sebuah perusahaan sovereign wealth fund milik pemerintah Indonesia. Kabarnya, pembicaraan ini menyangkut rencana suntikan modal yang ditujukan untuk memperkuat struktur keuangan Garuda Indonesia.
Namun, hingga kini, pembahasan tersebut masih berada pada tahap awal. Informasi dari sumber Bloomberg menyebutkan bahwa rincian nilai investasi masih dalam proses negosiasi dan belum mencapai tahap final.
Sumber Bloomberg yang enggan disebutkan namanya karena tidak berwenang memberikan pernyataan kepada publik, menyebutkan bahwa suntikan modal dari Danantara masih dalam proses penjajakan awal, dan bisa berubah tergantung dinamika selanjutnya.
Kondisi Keuangan Masih Menantang
Meskipun sempat mencetak laba selama dua tahun berturut-turut setelah pandemi COVID-19, Garuda Indonesia kembali mencatatkan kerugian pada tahun 2024. Maskapai nasional ini kini menghadapi tantangan besar dalam menjaga kelangsungan operasional dan memperbaiki struktur keuangannya.
Sebanyak 15 unit pesawat dilaporkan tidak dapat beroperasi karena keterbatasan dana untuk membayar biaya perawatan. Kondisi ini diperparah dengan permintaan dari sejumlah pemasok yang kini mewajibkan pembayaran di muka untuk pengadaan suku cadang dan jasa pemeliharaan pesawat.
Menurut data terakhir, hingga akhir Desember 2024, Garuda Indonesia tercatat memiliki liabilitas bersih sekitar USD 1,4 miliar lebih besar dari total asetnya. Hal ini menunjukkan kekurangan modal yang signifikan, dan mengindikasikan kebutuhan mendesak akan suntikan dana agar maskapai bisa kembali berfungsi optimal dan menarik pendanaan eksternal tambahan.
Masalah defisit modal ini menjadi perhatian utama para analis dan investor. Tanpa perbaikan struktur modal, posisi Garuda dalam kompetisi industri penerbangan nasional maupun global akan semakin sulit, terutama dalam hal ekspansi rute internasional dan pemenuhan komitmen layanan.
Upaya Restrukturisasi dan Pembenahan Internal
Sebagai bagian dari upaya pemulihan, Garuda Indonesia telah menjalankan restrukturisasi utang besar-besaran pada tahun 2022. Proses ini disahkan oleh pengadilan dan diratifikasi pada bulan Juni 2022, memungkinkan maskapai merestrukturisasi kewajiban utangnya sebesar USD 9,6 miliar.
Restrukturisasi tersebut memberikan ruang napas bagi Garuda Indonesia untuk mengatur ulang prioritas keuangan dan strategi operasionalnya. Namun, melihat kondisi keuangan terakhir, tantangan belum sepenuhnya usai.
Sejak pergantian jajaran direksi pada November 2024, di mana Wamildan Tsani diangkat sebagai Direktur Utama, Garuda Indonesia telah menegaskan kembali komitmennya untuk membangun kembali reputasi dan kesehatan keuangannya, termasuk dengan mengejar strategi ekspansi jaringan internasional secara selektif.
Komitmen Transparansi dan Kepatuhan
Manajemen Garuda Indonesia menegaskan akan terus mematuhi regulasi yang berlaku di sektor pasar modal. Perusahaan juga berkomitmen menyampaikan informasi material secara terbuka dan tepat waktu sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI. “Perseroan akan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya di bidang Pasar Modal,” tegas Wamildan.
Meski volatilitas harga saham GIAA masih menjadi perhatian, kejelasan dari manajemen terkait tidak adanya informasi tersembunyi diharapkan mampu memberikan kepastian kepada investor dan publik.
Garuda Indonesia kini berada di persimpangan penting: antara upaya mempertahankan kelangsungan bisnis di tengah tekanan keuangan, dan harapan terhadap pemulihan penuh melalui suntikan modal serta pembenahan operasional. Dalam waktu dekat, seluruh mata pasar akan tertuju pada perkembangan negosiasi dengan Danantara serta strategi konkret yang diambil manajemen untuk menavigasi masa depan maskapai pelat merah ini.