IHSG Berada di Level Tinggi, Kiwoom Sekuritas Tetap Pasang Target Konservatif

Rabu, 08 Oktober 2025 | 13:36:01 WIB
IHSG Berada di Level Tinggi, Kiwoom Sekuritas Tetap Pasang Target Konservatif

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup kuartal III 2025 dengan catatan impresif. Pada perdagangan 30 September lalu, IHSG mendarat di posisi 8.061,06, mencatat kenaikan 4,2% secara bulanan dan 16,9% sepanjang kuartal III. 

Meski demikian, Kiwoom Sekuritas Indonesia memilih untuk tidak larut dalam euforia. Dalam riset terbarunya, perusahaan sekuritas tersebut justru mempertahankan target konservatif-moderat untuk akhir tahun di kisaran 7.850–8.000.

Keputusan ini menunjukkan sikap hati-hati di tengah sejumlah ketidakpastian global maupun domestik. Tim Kiwoom Research yang dipimpin oleh Liza Carmelia Suryanata menekankan bahwa kuartal IV tetap memiliki prospek positif, tetapi akan diwarnai volatilitas tinggi.

“Proyeksi IHSG kuartal IV masih positif, tetapi diwarnai volatilitas tinggi karena kombinasi faktor domestik dan eksternal,” tulis riset Market Outlook Q4-2025 yang diterima.

Alasan di Balik Sikap Konservatif

Meski IHSG sempat menembus level psikologis 8.000, terdapat beberapa indikator yang membuat Kiwoom menahan diri untuk tidak menaikkan proyeksi. Pada September, rupiah justru melemah 1,3% secara bulanan. Selain itu, pasar reguler dibayangi aksi jual asing dengan nilai net sell Rp 9,45 triliun.

Artinya, penguatan IHSG masih rapuh jika investor asing terus menarik dana. “Buffer kita lebih tipis dibanding tahun 2018-2019, karena asing tidak sedang overweight Indonesia,” tulis riset tersebut.

Dalam jangka pendek (Oktober–November 2025), ancaman shutdown anggaran Amerika Serikat menjadi faktor utama yang dikhawatirkan. 

Jika hal itu terjadi, pasar global berpotensi masuk ke mode risk-off yang membuat arus dana asing keluar dari pasar berkembang semakin deras. Dalam skenario ini, IHSG bisa terkoreksi dan bergerak sideways di level 7.800–7.900.

Harapan di Akhir Tahun

Meskipun volatilitas diperkirakan tinggi di kuartal IV, Kiwoom Sekuritas masih melihat peluang penguatan pada Desember. Beberapa katalis musiman diyakini dapat mendukung pasar, di antaranya:

Window dressing menjelang tutup tahun.

Rebalancing MSCI (pengumuman 5 November, berlaku 25 November) yang berpotensi memicu rotasi dana asing.

Reli musiman Desember yang historisnya selalu lebih kuat dibanding Oktober–November.

“Jadi, meskipun kuartal IV volatil, masih ada peluang IHSG tutup tahun sekitar 8.000,” tulis riset Kiwoom.

Risiko Eksternal yang Mencemaskan

Sejumlah faktor global tetap menjadi perhatian. Shutdown anggaran AS yang berkepanjangan bisa memperburuk sentimen karena berdampak langsung pada data ekonomi utama seperti payroll dan GDP. 

Bahkan, jika data tertunda, Federal Reserve (The Fed) akan kehilangan acuan penting untuk menentukan arah kebijakan moneter pada FOMC Oktober.

Risiko berikutnya adalah kebijakan suku bunga The Fed. Ketidakjelasan sinyal pemangkasan bunga dapat memperkuat dolar AS, sekaligus menekan arus modal ke pasar berkembang, termasuk Indonesia.

Selain itu, beberapa agenda global lain ikut menjadi sorotan:

OPEC+ meeting di November, dengan potensi peningkatan produksi minyak yang dapat memengaruhi harga energi dan inflasi global.

Conference of the Parties (COP) 30 di Brazil (10–21 November), yang akan menyoroti transisi energi. Forum ini bisa mengangkat narasi komoditas hijau seperti tembaga, nikel, energi baru terbarukan, dan waste-to-energy.

Dalam kondisi penuh ketidakpastian, emas diperkirakan tetap menjadi instrumen safe haven.

Katalis Domestik yang Menjadi Penopang

Meski faktor eksternal menekan, Indonesia masih memiliki modal positif. Dari sisi kebijakan, Bank Indonesia sudah memangkas suku bunga dan masih membuka ruang pemangkasan lanjutan. 

Intervensi agresif di pasar valas dan Surat Berharga Negara (SBN), serta penerbitan Patriot Bonds Danantara, juga dianggap mampu menjaga stabilitas pasar.

Dari sisi fundamental, laporan kinerja emiten kuartal III-2025 diharapkan menjadi katalis utama, khususnya perbankan. Pertumbuhan kredit serta serapan likuiditas Rp 200 triliun dari pemerintah akan memberi dorongan tambahan.

Sektor komoditas pun tak kalah penting. Harga tembaga, CPO, batubara, emas, dan nikel masih bergerak dalam tren positif, mendukung prospek saham komoditas sebagai salah satu penggerak IHSG.

Menimbang Arah IHSG ke Depan

Secara historis, kuartal IV memang menjadi periode yang cenderung positif bagi IHSG, dengan Desember sebagai bulan terbaik. Namun, Kiwoom Sekuritas memilih berhati-hati karena kondisi pasar global tidak sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Jika shutdown AS berlangsung singkat dan The Fed memberikan sinyal lebih jelas, peluang IHSG menutup tahun di kisaran 8.000 masih terbuka lebar. Sebaliknya, bila ketidakpastian berkepanjangan, bukan tidak mungkin indeks kembali turun di bawah 7.800.

Kesimpulan

Performa IHSG di kuartal III memang impresif, tetapi jalan menuju akhir tahun tidaklah mulus. Dengan faktor domestik yang cukup solid, harapan untuk menutup tahun di level 8.000 masih ada. 

Namun, investor harus tetap waspada terhadap risiko eksternal, terutama kebijakan fiskal dan moneter Amerika Serikat yang berpotensi menekan arus modal global.

Itulah sebabnya, Kiwoom Sekuritas memilih memasang target konservatif di 7.850–8.000, alih-alih larut dalam optimisme berlebihan. Sikap realistis ini sekaligus menjadi pengingat bahwa pasar saham selalu bergerak dalam keseimbangan antara peluang dan risiko.

Terkini