Fenomena Bunga Bangkai Suweg Mekar di Jagakarsa, Warga Berbondong-Bondong Datang

Senin, 06 Oktober 2025 | 15:25:09 WIB
Fenomena Bunga Bangkai Suweg Mekar di Jagakarsa, Warga Berbondong-Bondong Datang

JAKARTA - Pemandangan tak biasa terjadi di sebuah rumah sederhana di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Sejak beberapa hari terakhir, halaman rumah pasangan suami istri Asmat (60) dan Marsiah (55) mendadak ramai oleh kunjungan warga. 

Mereka datang bukan untuk urusan keluarga atau hajatan, melainkan untuk menyaksikan mekar sepucuk bunga langka yang dikenal dengan nama bunga bangkai jenis suweg (Amorphophallus paeoniifolius).

Fenomena alam yang jarang terjadi ini seketika memikat perhatian banyak orang. Bahkan, beberapa pengunjung datang dari luar kawasan Jagakarsa setelah mendengar kabar lewat grup WhatsApp maupun cerita warga sekitar.

Ramai Dikunjungi Warga

Bunga setinggi sekitar 60 sentimeter itu mekar sempurna pada Jumat 3 Oktober 2025 sekitar pukul 18.30 WIB. Saat mekar, aroma menyengat khas bunga bangkai langsung tercium hingga radius beberapa meter dari rumah Asmat dan Marsiah.

“Baunya kuat banget dari sore sampai pagi, tapi cuma sehari aja, setelah itu hilang sendiri,” ujar Asmat kepada Kompas.com.

Meski aromanya cukup mengganggu, justru hal tersebut menjadi daya tarik bagi warga. Banyak yang datang hanya untuk melihat langsung bentuk unik bunga dengan warna merah jingga yang mencolok.

“Saya cuma kirim fotonya ke grup warga, enggak niat buat viral. Tapi ternyata banyak yang datang, katanya mau lihat bunga bangkai,” kata Marsiah sambil tersenyum.

Halaman rumah mereka pun ramai dikunjungi, dengan sebagian warga menyempatkan diri berfoto bersama bunga tersebut.

Tumbuh Alami di Tanah Subur

Menariknya, bunga ini bukan hasil budidaya atau penanaman khusus. Marsiah mengaku bunga tersebut tumbuh secara alami di halaman belakang rumah yang tanahnya memang sudah lama tidak digarap.

“Kita enggak pernah nanam. Tanah di sini bekas kebun ayah, dari dulu subur. Waktu pandemi banyak tanaman juga, kayak cabai, jambu, sama alpukat,” ujar Asmat.

Fakta lain yang membuat fenomena ini semakin unik adalah kenyataan bahwa bunga suweg tersebut pernah tumbuh di lokasi yang sama pada tahun 2012. Namun, kala itu, bunganya tidak mekar sempurna karena terhalang tembok.

“Dulu cuma setengah mekar, kalau sekarang bagus banget warnanya merah jingga,” kata Marsiah dengan penuh rasa kagum.

Dari “Merdung” hingga Mekar

Marsiah juga sempat mengira tanaman yang muncul di pekarangan rumahnya hanyalah tumbuhan biasa. “Awalnya bentuknya kayak merdung, belum jelas bunga. 

Baru pas kuncupnya muncul tiga minggu kemudian, kelihatan besar. Saya cari di internet, ternyata namanya suweg, bukan Rafflesia,” ujarnya sambil tertawa.

Puncak mekarnya terjadi hanya dalam hitungan jam. Bau menyengat mulai muncul saat kuncup terbuka pada Jumat malam, lalu perlahan menghilang keesokan harinya. Kini, kelopak bunga tampak layu dan mengering, tak lagi menebarkan aroma yang sebelumnya begitu menyengat.

Bunga Langka dengan Siklus Panjang

Secara ilmiah, bunga ini masuk dalam genus Amorphophallus, famili talas-talasan (Araceae). Jenis suweg dikenal sebagai kerabat dekat Amorphophallus titanum atau bunga bangkai raksasa yang menjadi ikon Kebun Raya Bogor.

Ciri khasnya terletak pada spadix (tongkol bunga) yang menjulang di tengah dan spathe (seludang) berwarna merah hati hingga ungu kecokelatan di bagian luar, dengan bagian dalam kekuningan.

Namun berbeda dengan bunga bangkai raksasa, ukuran suweg jauh lebih kecil, hanya sekitar 30–70 sentimeter. Meskipun begitu, aromanya tetap kuat dan khas, terutama saat berada dalam fase mekar.

Bunga ini juga dikenal memiliki siklus hidup panjang. Dalam kondisi tertentu, umbinya bisa membutuhkan waktu puluhan tahun sebelum kembali mekar. Tidak heran jika kemunculannya sering dianggap fenomena langka.

“Katanya, umbinya bisa puluhan tahun baru bisa mekar lagi. Mungkin karena tanah di sini masih alami, makanya tumbuh lagi,” ungkap Marsiah.

Pertanda Musim Hujan?

Di beberapa daerah Indonesia, munculnya bunga bangkai jenis suweg kerap dikaitkan dengan pertanda pergantian musim, khususnya datangnya musim hujan. Meski belum ada bukti ilmiah yang kuat, kepercayaan ini masih bertahan di masyarakat pedesaan.

Di Jagakarsa sendiri, kemunculan bunga ini seolah menjadi pengingat bagi warga bahwa musim penghujan sebentar lagi tiba. Terlepas dari makna simbolis itu, kehadiran bunga suweg memberi pengalaman berbeda bagi warga yang jarang bersentuhan dengan fenomena alam langka semacam ini.

Daya Tarik Edukatif

Fenomena mekar bunga suweg bukan hanya menarik dari sisi visual dan aromanya yang unik, tetapi juga menjadi momen edukatif. Anak-anak hingga remaja yang datang ikut belajar mengenal flora langka Indonesia yang sering dikira sebagai bunga Rafflesia.

Bagi para penggemar tanaman, kesempatan ini juga membuka wawasan tentang keanekaragaman hayati di lingkungan perkotaan. Bahwa meski tinggal di Jakarta Selatan, tanaman langka pun masih bisa tumbuh alami jika kondisi tanahnya subur dan terjaga.

Penutup

Fenomena mekar bunga bangkai suweg di rumah Asmat dan Marsiah menjadi pengingat bahwa keindahan alam bisa hadir di tempat yang tak terduga. Dari sekadar halaman belakang rumah, bunga ini berhasil menarik perhatian warga hingga ramai dikunjungi.

Meski aromanya hanya bertahan singkat, kehadiran bunga tersebut meninggalkan kesan mendalam bagi banyak orang yang menyaksikannya langsung.

Tak hanya menambah pengetahuan, peristiwa ini juga memperlihatkan betapa kayanya keanekaragaman hayati di Indonesia, bahkan di tengah pemukiman padat perkotaan.

Terkini